header-int

Pengaruh Faktor Pengunaan Air bersih, Sanitasi Lingkungan dan Personal Hyhiene Terhadap Kasus Skabie

Jumat, 14 Mei 2021, 09:12:22 OTL - 1073 View
Share

Pengaruh Faktor Pengunaan Air bersih, Sanitasi Lingkungan dan Personal Hyhiene Terhadap Kasus Skabies Pada pasien di wilaya kerja centro saúde komunitaria Remexio, postu Administrativo Remexio Municipio Aileu 2019

Quintiliano Fernandes Barros, Lic, Sp.,M.SP

Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universidade Da Paz(UNPAZ)

Abstrak

Skabies adalah penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei var hominis. Pada tahun 2017, penyakit kulit infeksi menduduki peringkat ketiga dari sepuluh penyakit terbanyak di puskesmas yaitu 1.926 kasus. Tujuan penelitian ini adalah menentukan faktor yang Pengaruh Terhadap Kasus Skabies Pada pasien di wilaya kerja centro saúde komunitaria Remexio, postu Administrativo Remexio Municipio Aileu tahun 2018.

Penelitian ini bersifat observasional analitik, dengan pendekatan Cross Sectional study (study potong lintang) yang dilakukan di wilaya kerja centro saúde komunitaria Remexio, postu Administrativo Remexio Municipio Aileu mulai dari 22 November sampai 4 Desember 2018. Sampel kasus yaitu pasien yang mempunyai tanda dan gejala skabies yaitu 93 orang, Teknik pengambilan sampel yangdigunakan  dalam  penelitian  dengan metode Nonprobability sampling (sampling aksidental). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan program SPSS Versi 21 Data dianalisis secara validitas dan pengelompokkan data, berupa uji hipotesis atau analisis untuk memperoleh reiko relatif perbandingan antara prevalence efek pada kelompok dengan resiko, rasio prevalence = RP harus selalu disertai dengan Nilai interval kepercayaan (95% confidence interval.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang bermakna antar Sanitasi Lingkungan rumah dan jangkauan air bersih dengan kejadian kasus skabies Nilai dari sanitasi lingkungan rumah (RP =1.127,95% CI= 1.472-3.182) dan jangkauan air bersih dengan nilai (RP = 1.056 ,95% CI = 1.463 - 2.590) Sedangkan variabel Hygiene personal  tidak memiliki pengaruh yang bermakna dengan kejadian kasus skabies pada pasien, karena di lihat dari hasil uji nilai (RP (RP = 0,693 CI = 1.453 - 2.497) maka kesimpulan bahwa kemunkingnan masih ada faktor lain yang mempengaruhi kejadian kasus skabies pada pasien yang belum di teliti.

Kata kunci: kasus skabies, sanitasi lingkungan rumah, jangkauan air bersih, hygiene personal.

 

Pendahuluan

Negara, Timor-Leste secara geografis terletak di bagian Asean fasifik, dengan luas wilayah 14,610 Km2  Berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Timor-Leste Tahun 2002 tentang Kode dan Data Wilayah kerja kesehatan terbagi atas 13 Munisipio, 65 Postu-Administarativo, 452 Sucus dan 2,345 Aldeia dengan Fakta ini membuat Timor-Leste memiliki keragaman budaya dan adat istiadat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain, keragaman dalam berbagai aspek tersebut juga terkait dengan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.

Khususnya Munisipio Aileu terdapat 33 Suco, Aldeia 138dan secara administrative  Munisipio Aileu di bagi lagi menjadi 4 Postu-Administarativo, yaitu Aileu Vila, Lequedue, Remexio, dan Laulara. Dengan demikian maka peneliti berasumsi bahwa terjadinya kasus skabies (skabies) saat ini di wilayah postu administrativo Remexio kemungkinan di sebabkan oleh beberapa faktor yang turut berkontribusi seperti, sanitasi lingkungan rumah (penyediaan air bersih, kebersihan kamar, penghuni rumah),  jangkauan air bersih (kurang dari 100m atau 5 menit, 100-1000 m atau 5-30 menit, dan lebih dari 1km) hygiene personal (faktor yang mempengaruhi personal hygiene, tanda dan  gejala,  pemeliharaan dalam personal hygiene hal yang mencakup personal hygiene dan tujuan personal hygiene) karakteristik pasien (usia, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan agama) kasus skabies pada pasien berumur 1sampai 15+tahun, Sesuai dengan data sekunder di CHC Remexio terdapat 1350 berdasarkan data laporan survey nasional 2018 terdapat 44. 8/1000 penduduk.

Metode

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik, dengan pendekatan Cross Sectional study (study potong lintang). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang datang berobat di wilaya kerjaCentro Saúde Komunitaria Remexio Postu Administrativu Remexio Municipio Aileu, tercatat jumlah kasus skabies5109 yang berumur 1 sampai 15+ tahun sebanyak 1350 berdasarkan data laporan survei nasional 2016 terdapat 44.8/1000 penduduk. menentukan sampel, terdiri dari dua kriteria yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Analisis Data dilakukan dalam penelitian ini mengunakan jenis penelitian kuantitatif analitik, Closs Tabulation atau tabel 2x2 RP dihitung dengan mengunakan Rumus A/(A+B):C/(C+D). Lokasi penelitian di Wilaya kerja centro de saúde komunitaria Remexio, Postu Administrativo Remexio, Municipio Aileu pada bulan desember 2019.

Hasil Analisis

Karakteristik seseorang sangat mempengaruhi pola kehidupan seseorang karakteristik bias di lihat dari beberapa sudut pandang diantaranya umur, jenis kelamin tingkat pendidikan seseorang disamping itu keseriusan seseorang dalam menjaga kesehatannya sangat mempengaruhi kualitas kehidupan baik dalam beraktivitas, istrihat ataupun secara psikologi karakteristik berarti hal yang berbeda tentang seseorang, tempat, atau hal yang mengambarkannya sesuatu yang membuatnya unik atau berbeda.

Karakteristik dalam individu adalah sarana untuk memberitahu satu terpisah dari yang lain, dengan cara bahwa orang tersebut akan dijelaskan di akui sebuah fitur karakteristik dari orang yang biasanya satu yang berdiri di antara sifat-sifat yang lain, (Hurriyati, 2005)

 (Budiarto, 2002) menambahkan, bahwa pada hakikatnya suatu penyakit dapat menyerang setiap orang pada semua golongan umur, tetapi ada penyakit-penyakit tertentu yang lebih banyak menyerang golongan umur tertentu. Penyakit-penyakit kronis mempunyai kecenderungan meningkat dengan bertambahnya umur, sedangkan penyakit-penyakit akut tidak mempunyai suatu kecenderungan yang jelas.

 

Tabel 4.1

Distribusi Karateristik Respoonden

Karakteristik

Kasus Skabies

Totaal

N (%)

Nilai

P

Ya

N (%)

Tidak

N (%)

Umur

  • 7-23
  • 24-34
  • 35-45
  • 46-56

 

13 (30.2%)

18 (27.35)

3 (27.3%)

3 (8.1%)

 

30 (69.8%)

16 (47.1%)

8 (14.3%)

2 (40.0%)

 

43 (100%)

34 (100%)

11 (100%)

5 (100%)

 

0.129

Jenis Kelamin

  • Wanita
  • Laki-laki

 

18 (43.9%)

19 (36.5%)

 

23 (56.1%)

33 (63.3%)

 

41 (100%)

52 (100%)

0.471

Tingkat Pendidikan

  • BH
  • SD
  • SMP
  • SMA
  • PT

 

17 (45.9%)

5 (26.3%)

5 (31.3%)

8 (50.0%)

2 (40.0%)

 

22 (54.1%)

14 (73.7%)

11 (68.8%)

8 (50.0%)

3 (60.0%)

 

37 (100%)

19 (100%)

16 (100%)

16 (100%)

5 (100%)

0.524

Jenis Pekerjaan

  • IRT
  • Petani
  • Pelajar
  • PNS

 

14 (73.7%)

4 (21.1%)

15 (33.3%)

4 (40.0%)

 

5 (26.3%)

15 (78.9%)

30 (66.7%)

6 (60.0%)

 

19 (100%)

19 (100%)

45 (100%)

10 (100%)

0.005

Status Perkawinan

  • Nikah
  • Belum Nikah

 

22 (45.8%)

15 (33.3%)

 

26 (54.2%)

30 (66.7%)

 

48 (100%)

45 (100%)

0.218

Sumber: Analisis data PrimerKarateristik Respoonden

 

Berdasarkan hasil analisis Karateristik Respoonden diatas menunjukkan bahwa pasien yang berumur 7-23 tahun menjawab positif terhadap kasus skabies dengan frekuensi 13 (30.2%) dan yang menjawab negatif dengan 30 (69.8%) dengan Total  frekuensi 43 (100%). Umur 24 – 34 tahun menjawab positif pada kasus skabies dengan frekuensi 18 (27.35) dan yang menjawab negatif dengan frekuensi 16 (47.1%) dengan demikian total frekuensi 34 (100%). Umur 35-45 tahun menjawab positif pada kasus skabies dengan frekuensi 3 (27.3%), dan yang menjawab negatif dengan frekuensi 8 (14.3%) dan total frekuensi 11 (100%) dan umur 46-56 menjawab positif pada kasus skabies dengan frekuensi 3 (8.1%) %) dan yang menjawab negatif dengan frekuensi 2 (40.0%) dengan Total 5 (100%) dan hasil tersebut menujukan bahwa frekuensi yang menjawab negatif dengan frekuensi dalam kasus skabies ini lebih banyak dari pada yang menjawab positif maka dengan nilai P = 0.129. maka nilai P diatas 0.05 adalah distribusi data normal.

Jenis kelamin sesuai dengan karakteristik responden di wilaya kerja centro saúde komunitaria Remexio, Wanita dengan menjawab positif pada kasus skabies dengsn frekuensi  18 (43.9%) yang menjawab negatif frekuensi 23 (56.1%) dengan total frekuensi 41 (100%). Laki-laki sesuai dengan alternatif jawaban yang menjawab positif dengan frekuensi 19 (36.5%) yang menjawab negatif frekuensi 33 (63.3%) dengan Total frekuensi 52 (100%) dan hasil tersebut menujukan bahwa frekuensi jenis kelamin yang menjawab negatif frekuensi lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang menjawab positif dengan demikian Nilai P = 0.471. maka nilai P diatas 0.05 adalah distribusi data normal.

Tingkat pendidikan disini dilihat dalam lima (5) kategori sesuai dengan hasil pada tabel diatas Buta Huruf menjawab positif pada kasus skabes dengan frekuensi 17 (45.9%), menjawab negatif frekuensi 22 (54.1%) total frekuensi 37 (100%). SD menjawab positif pada kasus skabes dengan frekuensi 5 (26.3%), menjawab negatif 14 (73.7%) total frekuensi 19 (100%), SMP menjawab positif pada kasus skabes dengan frekuensi 5 (31.3%), menjawab negatif frekuensi 11 (68.8%) dengan total frekuensi 16 (100%), SMA menjawab positif pada kasus skabes dengan frekuensi 8 (50.0%), menjawab negatif frekusensi 8 (50.0%), dengan total frekuensi 16 (100%), PT menjawab positif pada kasus skabes dengan frekuensi 2 (40.0%), menjawab negatif frekuensi 3 (60.0%), total frekuensi 5 (100%) hasil analisis dari tingkat pendidikan  sesuai dengan alternatif responden ini menujukan bahwa yang menjawab negatif frekuensi lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang menjawab positif dengan demikian nilai P 0.524, Maka nilai P diatas 0.05 adalah distribusi data normal.

Jenis pekerjaan sesuai dengan karakteristik reponden dari total sampel yang di peroleh dari peneliti bahwa ibu rumah tangga yang menjawab alternatif jawaban positif dengan frekuensi 14 (73.7%) sedangkan ibu rumah tangga yang menjawab alternatif negatif dengan frekuensi 5 (26.3%) maka dari jawaban ibu rumah tangga tersebut dengan total frekuensi dan presentasen 19 (100%), yang masksud Petani sesuai dengan jenis pekerjaan responden maka menjawab alternatif positif dengan frekuensi 4 (21.1%) sedangkan menjawab negatif dengan frekuensi 15 (78.9%) maka dilihat total frekuensi 19 (100%).

Responden dengan status Pelajar atau nonpekerjaan dalam hal ini hasil menunjukan bahwa yang menjawab alternatif jawaban positif dengan frekuensi 15 (33.3%) sedangkan yang menjawab negatif dengan frekuensi 30 (66.7%) maka dengan total frekuensi 45 (100%). Responden dengan status pegawi negri (PNS) dalam hal ini dengan menjawab alternatif jawaban positif 4 (40.0%) dan menjawab negatif dengan frekuensi 6 (60.0%) maka total 10 (100%) dengan nilai P 0.005 Maka nilai P diatas 0.05 adalah distribusi data normal.

Karakteristik responden dengan status kawin atau nikah maka disini dilihat dari alternatif jawaban yang menjawab positif frekuensi 22 (45.8%), yang menjawab negatif dengan 26 (54.2%) dengan total frekuensi 48 (100%). Sedangkan yang berstatus single atau belum nikah di lihat dari alternatif jawaban positif 15 (33.3%) yang menjawab alternatif negatif dengan frekuensi 30 (66.7%) total frekuensi 45 (100%), karakteristik responden disini sesuai dengan jenis pekerjaan dengan memperoleh nilai P 0.218.Maka nilai P diatas 0.05 adalah distribusi data normal.

Tabel 4.2

Distribusi Faktor-Faktor Yang Dapat Menyebabkan Kasus Skabies

Variable

Kasus skabies (Y)

Total

n (%)

Nilai

RP

95% CI

Ya

n (%)

Tidak

n (%)

Lower

Upper

Sanitasi

Rumah (X1)

  • Ya
  • Tidak

 

 

10 (43.5%)

27 (38.6%)

 

 

13 (56.5%)

43 (61.4%)

 

 

23 (100%)

70 (100%)

 

1.225

 

1.472

 

3.182

Jangkauan

Air Bersih (X2)

  • Ya
  • Tidak

 

 

14 (31.6%)

23 (39.0%)

 

 

20 (58.8%)

36 (61.0%)

 

 

34 (100%)

59 (100%)

1.056

1.463

2.590

 

Personal

Hygiene (X3)

  • Ya
  • Tidak

 

 

12 (31.6%)

25 (45.5%)

 

 

26 (68.4%)

30 (54.5%)

 

 

38 (100%)

55 (100%)

0.693

0.233

1.316

Sumber: data Primer

 

Berdasarkan tabel 4.2 di atas maka dengan hasil analisis berdasarkan masing-masing variabel yang dapat mempengruhi kejadian kasus skabies pada pasien di wilaya kerja centro saúde komunitaria Remexio, Postu Administrative Remexio Municipio Aileu.dengan rasio prebalensi pada X1 (RP = 1,225 95% CI 1,472 – 3,182) maka nilai (RP = 1,225 ini menunjukkan 1 kali berresiko terhadap kejadian kasus skabies pada pasien dengan sanitasi linkungan rumah yang buruk.

Menurut asumsi peneliti, Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pasien.banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, diransang oleh faktor lingkungan.Lingkungan yang buruk merupakan penyebab timbulnya berbagai gangguan pada kesehatan.untuk mewujudkan status kesehatan yang optimum diperlukan suatu kondisi atau lingkungan yang juga optimum.Kebersihan adalah lambang kepribadian seseorang, jika tempat tinggalnya, pakaian, dan keadaan tubuhnya terlihat bersih maka dipastikan orang tersebut adalah manusia yang bersih serta sehat.

Hasil uji penelitian X1 sama dengan penelitian Faktor Sanitasi Lingkungan, (Nursalam, 2007) Sanitasi lingkungan Ponpes yang diteliti meliputi parameter sanitasi rumah, sanitasi kamar mandi, pengelolaan sampah, system pembuangan air limbah, kepadatan hunian kamar tidur, dan kelembaban ruangan. Hasil uji statistik Chi kuadrat menunjukkan bahwa diantara parameter tersebut yang berperan terhadap prevalensi penyakit Scabies adalah sanitasi kamar mandi, kepadatan hunian kamar tidur, dan kelembaban ruangan Penyediaan air dengan nilai (RP= 2.143, 95% CI 1.137-2.372), artinya kebersihan lingkungan rumah 2 kali bersiko terhadap penularan penyakit skabies pada penghuni tersebut di bandingkan dengan lingkungan rumah yang sehat.

Sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya, (Anwar, 2003)

Jangkauan air bersih atau variabel X2 adalah salah satu variabel yang di uji untuk mengetahui pengaruh terhadap kejadian kasus skabies pada pasien di wilaya kerja centro saúde komunitaria remeio postu administrative remexio municipio Aileu. Berdasarkan tabel 4.2 diatas maka dapat diketahui pengaruh variabel jangkauan air bersih terhadap kejadian kasus skabies, jangkauan air bersih diperoleh (RP = 1.056, 95% CI = 1.463-2.590) artinya jangkauan air bersih memiliiki pengaruh yang signifikan dengan kejadian kasus skabies di wilaya kerja sentro de saúde Remexio postu Administrativo Remexio Municipio Aileu, jankauan air bersih bersiko terhadap kejadian kasus skabies dengan nilai (RP = 1.056) artinya dimana pasien yang memiliki jangkauan air bersih kurang memadai atau jauh dari tempat penghuninya akan bersiko 1kali mendrita skabies di bandingkan dengan pasien yang memiliki sarana air bersih yang baik.

Hasil uji penelitian X2 hampir sama dengan penelitian, (Sastro Asmoro et, 2008) Penyediaan air bersih merupakan kunci utama sanitasi kamar mandi yang berperan terhadap penularan penyakit Scabies pada para santri Ponpes, karena penyakit Scabies merupakan penyakit yang berbasis pada Penyediaan air bersih (water washed disease) yang dipergunakan untuk membasuh anggota badan sewaktu mandi (Azwar, 1995). Pada kenyataannya kebutuhan air bersih untuk mandi, mencuci dan kebutuhan kakus sebagian besar Ponpes di Kabupaten Lamongan dipasok dari air sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu. Santri yang tinggal di pemondokan dengan kepadatan hunian tinggi (<8 m2 untuk 2 orang) sebanyak 245 orang mempunyai rasio prevalensi penyakit Scabies (RP = 3.142, 95% CI 2.241-4.211) artinya dengan ketersediaan air yang kurang akan bersiko 3 kali pada Santri yang tinggal di pemondokan tersebut sedangkan santri yang tinggal di pemondokan dengan penyediaan air yang baik akan akan bebas dari resiko penularan penyakit skabies.

Penyediaan air bersih dalam pemukiman merupakan prasarana untuk mendukung perkembangan penghuninya. Air bersih di permukiman harus tersedia dengan baik dalam arti kualitas memenuhi standar, jumlah cukup, tersedia secara terus menerus dan cara mendapatnya mudah dan terjangkau, dimana menjadikan penghuni permukiman akan nyaman tinggal, (M., 2003)

Menurut, (Suriawiria, 2018) bahwa memenuhi syarat tidaknya kualitas air untuk keperluan kehidupan, ditentukan oleh ketentuan dan persyaratan secara fisik, kimia dan bakteriologi. Penyediaan air bersih dengan kualitas yang buruk akan mengakibatkan dampak yang buruk juga untuk kesehatan sehinngga kualitas air bersih harus terkontrol dan terjamin. Penyediaan air bersih harus dapat melayani sebagian besar/ seluruh masyarakat, agar masyarakat yang terkena penyakit yang berkenaan dengan air dapat diturunkan.

Untuk menganalisis jarak dan waktu tempuh masyarakat mendapatkan air bersih, dapat dilihat dari berapa jauh jarak tempuh dan waktu tempuh masyarakat di permukiman menuju ke sumber air. Dimana jarak tempuh akan berbanding lurus dengan waktu tempuh, apabila jaraknya semakin jauh maka waktu tempuh akan semakin panjang, dan demikian juga sebaliknya. Jarak dan waktu tempuh merupakan variabel dasar akses yang diteliti dan menentukan tingkat akses, (Bartram, 2014).

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dengan variabel personal Hygiene sebagai variabel X3 yang diteliti oleh peneliti tidak terhadap kejadian kasus skabies pada pasien di wilaya kerja centro saúde komunitaria Remexio postu administrative Remexio municipio Aileu dengan tidak adanya pengaruh Personal Hygiene terhadap kejadian kasus skabies pada pasien dengan (RP = 0,693 CI = 1.453 - 2.497).

Kesimpulan

Berdasakan hasil X1 X2 Dan X3 terhadap pengaruh kejadian kasus skabies pada pasien di wilaya kerja sentro de Saúde Remexio tahun 2019 Faktor sanitasi rumah (RP =1.225,95% CI= 1.472-3.182), jangkauan air bersih (RP = 1.056 ,95% CI = 1.463 - 2.590) dan Hygiene Personal (RP = 0.693 CI= 1.453 - 2.497) jadi dari ketiga variabel indenpenden tersebut  yang mempunyai pengaruh terhadap kejadian kasus pada pasien. Oleh karena itu, kesimpulannya adalah variabel sanitasi lingkungan rumah dan jankauan air bersih yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kejadian kasus skabies pada pasien di wilaya kerja Centro Saúde Komunitaria Remexio Postu Administrativu Remexio Municipio Aileu.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. (2003). Sanitasi Lingkungan dan kejadian Skabies Program study Ilmu keperawatan;Stikes. Jakarta, : Yogyakarta.

Bartram, H. d. (2014, Mei Senin). gizikia depkes.go.id/archives/5087. Retrieved April Jumat, 2021, from http://www.: Dili, Timor-Leste

Budiarto, E. (2002). Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

Hurriyati, R. (2005). Bauran Pemasaran dan Loyalitas konsumen. Bandung; Alfabeta: 2005.

M., S. (2003). Faktor-Faktor yang mempengaurhi Kejadian Skabies. Kedokteran dan kesehatan Indonesia Vol.8, , 1, 2015.

Nursalam. (2007). Faktor sanitasi lingkungan yang berperan terhadap prevalensi penyakit skabies. Kesehatan lingkungan , 2(1).

Sastro Asmoro et, a. (2008). Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta: 2014.

Suriawiria. (2018, Januari Sabtu). 12345678/909/1/YASINFKIKpdf. Retrieved April Jumat, 2021, from http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitst.ream: Dili, Timor-Leste

Unidha Universidade da Paz nudar instituisaun Superior edukativus nebe realiza apredizazen, pesquizas, no sai servidor/pengabdian ba sidadaun sira hodi fiar metin ba direitu fundamental ema nian, tuir normas Universal sira no konstituisaun RDTL
© 2024 Universitas da Paz Follow Universitas da Paz : Facebook Twitter Linked Youtube